Kamis, 11 April 2019

SUMBER BELAJAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN


“SUMBER BELAJAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN”
Makalah  ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran
Dosen pengampu : Ahmad Fauzi , M.Pd




Disusun Oleh Kelompok 3 :

M. Perdiansyah                       (2221170037)
Nisa Nursundanis M               (2221170001)
                                                Karmilah                                 (2221170054)
                                               




PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018



KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas hidayah dan nikmatnya penulis dapat menyelesaikan Makalah dengam judul “ Sumber Belajar Sebagai Media Pembelajaran”.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Media Pembelajaran, Dalam penyusunan  Makalah ini begitu banyak kendala dan kesulitan yang di hadapi penulis . Terutama dalam proses pengumpulan dan referensi yang tepat serta kendala lainnya. Namun berkat kuasa Allah SWT semua kesulitan dan kendala dapat di lalui oleh penulis.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa menyusunan Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna . Untuk itu saya harapkan saran serta masukkan yang bersifat membangun. Akhir kata , semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca . Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmatNya.

                 
                                                                                                      Serang, 26 Maret 2019


                                                                                        


DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................ 1
C.     Tujuan ............................................................................................. 1
BAB II    PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Ciri ciri Sumber Belajar........................................... 2
B.     Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran ...................................... 6
C.     Perpustakaan Sebagai Media Pembelajaran................................... 11
D.    Televisi Sebagai Media pembelajaran............................................ 15
BAB III   PENETUP
A.    Kesimpulan ................................................................................... 21
B.     Saran ............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA



BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
       Selama ini banyak kalangan bahkan kaum pelajar belum mengerti akan arti penting keberadaan perpustakaan. Ironisnya hal ini terjadi ditengah-tengah dari maraknya sosialisasi mengenai urgensi perpustakaan dan perkembangan perpustakaan yang kini telah hadir hampir di setiap lembaga pendidikan. Belum lagi dengan adanya berbagai jenis perpustakaan sesuai fungsi dan penggunaannya, kian membutakan kaum pelajar akan pengetahuan dari lokasi yang disebut sebagai sumber pengetahuan ini.
         Guna turut mensosialisasikan mengenai peran dan urgensi perpustakaan, makalah ini kami susun. Selain itu, penulis berharap agar pengetahuan para pelajar menjadi semakin terbuka akan perpustakaan dan perkembangannya pada khususnya dan kepada seluruh pembaca pada umumnya.

B. Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian dan Ciri-Ciri Sumber Belajar?
  2. Apakah Perpustakaan Sebagai Media Pembelajaran?
  3. Apakah Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran?
  4. Apakah Televisi Sebagai Media Pembelajaran?

C. Tujuan
  1. Ingin Mengetahui pengertian dan Ciri-Ciri Sumber Belajar?
  2. Untuk Mengetahui Perpustakaan Sebagai Media Pembelajaran?
  3. Untuk Memahami Apakah Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran?
  4. Untuk Mengetahui Televisi Sebagai Media Pembelajaran?



BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN CIRI CIRI SUMBER BELAJAR
1. Pengertian Sumber Belajar
Menurut Darwis A. Soelaiman (1979: 265) sumber-sumber pengajaran ialah segala macam alat atau situasi yang dapat memperkaya atau memperjelas pemahaman murid terhadap yang dipelajarinya, yang sekaligus berarti memperkaya pengalaman mereka. Sumber itu merupakan alat yang membantu guru dalam mengajar, sehingga metode mengajar yang digunakannya akan menjadi lebih efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. Sumber itu merupakan alat peraga yang dapat memperjelas atau membuat pelajaran menjadi lebih konkrit, dan yang membuat murid lebih terdorong untuk belajar serta membuat situasi pengajaran lebih bervariasi. Demikian pula sumber itu merupakan pesanpesan berupa isi pelajaran dari guru kepada siswa. Sumber- sumber pengajaran dapat dibagi menjadi 4 kategori:
  1. Alat-alat bantu tradisional dengan kegunaannya yang umum, seperti papan tulis dan buku-buku, maupun surat kabar, majalah dan bahan-bahan referensi lain yang ada di perpustakaan,
  2. Sumber-sumber pengajaran yang ada dalam masyarakat “community resources” seperti tempat-tempat bersejarah, keadaan alam lingkungan, industry, dan lain-lain.
  3. Alat-alat audio visual, sebaian ada yang bersifat visual dan sebagian lagi hanya “auditory”, dan ada pula yang mencakup keduanya yaitu alat-alat yang dapat memperhatikan dan mendengarkan sesuatu. Alat visual meliputu bendabenda, contoh-contoh, gambar-gambar, lukisan, diorama, dan bahan-bahan lainnya.
  4. Alat-alat yang disebut “mesin pengajar” merupakan penemuan baru dalam pelaksanaan pengajaran berprogram. (Darwis A. Soelaiman, 1979: 267-268).
Menurut Abdul Majid (2007: 170) Sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubhan tingkah laku. Dari pengertian tersebut belajar dapat dikategorikan sebagai berikut.
  1. Tempat atau lingkungan alam sekitar yang dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar.
  2. Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar.
  3. Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai bumber belajar.
  4. Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks kamus, ensiklopedi, fiksi, dan sebagainya.
  5. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar. (Abdul Majid, 2007: 170-171).
Menurut Sudjarwo S (1989: 160) ciri pendidikan yang efektif adalah pendidikan yang berorientasi pada siswa dan disajikan melalui sumber belajar dan teknik yang menantang, merangsang daya cipta untuk menemukan, mengesankan dan diselenggarakan dengan penuh kasih sayang. Untuk menciptakan suasana seperti itu, maka cara pemanfaatan sumber belajar harus berdasarkan ciri-ciri siswa yang meliputi.
  1. Kemampuan akademis (pengetahuan yang telah dimiliki, tingkat kecerdasan, kemampuan bahasanya dan sebagainya).
  2. Kesehatan mental dan fisiknya, cacat/tidak, usia, kematangan sikap, sifatnya tertutup/terbuka, wataknya keras/lembut, pemalu/tidak dan sebagainya.
  3. Tingkat motivasi untuk belajar: tinggi/rendah, intrinsic/ekstrinsik, dan sebagainya.
  4. Sosial: bagaimana kemampuan berkawan dan bekerjasama dengan teman yang lain dan hal-hal lain yang berhubungan dengan komunikasi antar siswa.
  5. Ekonomi: dari mana mereka berasal, keluarga kaya, miskin, sedang, pedagang, pegawai negeri, dosen, pegawai administrasi, dan sebagainya.
  6. Budaya: bagaimana disiplin dan kebiasaan hidup sehari-harinya pemalas, rajin dan sebagainya.
  7. Bakat dan minat.
Kemudian, metode belajar mengajar yang dipilih harus tepat, oleh karena itu harus berdasarkan prinsip: mencari sendiri, memecahkan masalah, menemukan kesimpulan jawaban dan mengevaluasi hasil belajar. Guru cukup berperan sebagai pengamat, pengawas, pembimbing,petunjuk dan konsultan untuk siswa. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 1) dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat bantu untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai-tidaknya tujuan pengajaran. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kedudukan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar adadalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru.

 2. Ciri-ciri Sumber Belajar

Sumber belajar mempunyai empat ciri pokok (Sudjana, 1989 : 80) yaitu :
  1. Sumber belajar mempunyai daya atau kekuatan yang dapat memberikan sesuatu yang kita perlukan dalam proses pengajaran. Jadi, walaupun sesuatu daya, tetapi tidak memberikan sesuatu yang kita inginkan sesuai dengan tujuan pengajaran, maka sesuatu daya tersebut tidak dapat disebut sebagai sumber belajar.
  2. Sumber belajar merubah tingkah laku yang lebih sempurna, sesuai dengan tujuan. Apabila dengan sumber belajar malah membuat seseorang berbuat dan bersifat negatif maka sumber belajar tersebut tidak dapat disebut sebagai sumber belajar. Misalnya setelah seseorang menonton film, ada isi/pesan, film tersebut mempunyai dampak negatif terhadap dirinya maka film tersebut bukanlah sumber belajar.
  3. Sumber belajar dapat dipergunakan secara sendiri-sendiri (terpisah), tetapi tidak dapat digunakan secara kombinasi (gabungan). Misalnya sumber belajar material dapat dikombinasi dengan devices dan strategi (motode). Sumber belajar modul dapat diri sendiri.
  4. Sumber belajar secara bentuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber belajar yang dirancang (by designed), dan sumber belajaryang tinggal pakai (by utilization).
Sumber belajar yang sudah dirancang adalah sesuatu yang memang dari semula dirancang untuk keperluan belajar. Sedangkan sumber belajar yang tinggal dipakai sesuatu yang pada mulanya tidak dimaksudkan untuk kepentingan belajar, tetapi kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan belajar. Ciri utama sumber belajar yang tinggal pakai adalah: tidak terorganisir dalam bentuk isi yang sistematis, tidak memiliki tujuan pembelajaran yang ekspilit, hanya dipergunakan menurut tujuan tertentu dan bersifat insidental, dan dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan pembelajaran yang relevan dengan sumber belajar tersebut.

3. Fungsi dan Manfaat Sumber Belajar

Penggunaan sumber belajar dalam proses pembelajaran memiliki beberapa fungsi (Isbani, 1987: 10) yaitu:
1. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual dengan jalan:
  1. Mengurangi kontrol dosen/guru yang kaku dan tradisional
  2. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa/siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.
2. Mening katkan produktivitas pembelajaran dengan jalan:
  1. Mengurangi beban dosen/guru dalam penyajian informasi sehingga lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar.
  2. Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik.
3. Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan:
  1. Meningkatkan kemampuan manusia berbagai media komunikasi.
  2. Penyajian informasi dan data secara lebih konkrit.
4. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran:
  1. Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis.
  2. Pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi oleh penelitian tentang perilaku.
5. Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas terutama dengan adanya media massa:
  1. Pemanfaatan bersama secara lebih luas tenaga ataupun kejadian yang langka.
  2. Penyajian informasi yang mampu menembus batas geografis.
6. Memungkinkan belajar seketika, karena dapat:
  1. Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan relaitas yang bersifat konkrit.
  2. Memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
7. Kriteria Pemilihan Sumber Belajar
Kriteria pemilihan sumber belajar yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut (Soeharto, 2003 : 80-82) :
  1. Tujuan yang dicapai: Ada sejumlah tujuan yang ingin dicapai, dengan menggunakan sumber belajar dipergunakan untuk menimbulkan motivasi, untuk keperluan pengajaran, untuk keperluan penelitian ataukah pemecahan masalah. Harus disadari bahwa masing-masing sumber belajar memiliki kelebihan dan kelemahan.
  2. Ekonomi: Sumber belajar yang dipilih harus murah. Kemurahan disini harus diperhitungakan dengan jumlah pemakai, lama pemakaian, langka tidaknya peristiwa itu terjadi dan akurat tidaknya pesan yang disampaikan.
  3. Praktis dan sederhana: Sumber belajar yang sederhana, tidak memerlukan peralatan khusus, tidak mahal harganya, dan tidak membutuhkan tenaga terampil yang khusus.
  4. Gampang didapat: sumber belajar yang baik adalah yang ada disekitar kita dan mudah untuk mendapatkannya.
  5. Fleksibel atau luwes: Sumber belajar yang baik adalah yang sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai kondisi dan situasi.

B. LINGKUNGAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
1.      Definisi lingkungan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebgai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.
Lingkungan adalah sesuatu gejala alam yang ada disekitar kita, dimana terdapat interaksi antara faktor biotik (hidup) dan faktor abiotik (tak hidup). Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi itu dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku.
Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Menurut Slameto (2003:2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan sangat penting pengaruhnya terhadap pemerolehan siswa akan pelajaran yang sedang dipelajarinya.
Media pendidikan sangat penting sekali untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Oemar Hamalik (2004 : 194) dalam teorinya “Kembali ke Alam” menunjukan betapa pentingnya pengaruh alam terhadap perkembangan peserta didik. Menurut Oemar Hamalik (2004: 195) Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting.
Lingkungan yang berada disekitar kita dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Lingkungan meliputi: Masyarakat disekeliling sekolah; Lingkungan fisik disekitar sekolah, bahan-bahan yang tersisa atau tidak dipakai, bahan-bahan bekas dan bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau alat bantu dalam belajar, serta peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Jadi, media pembelajaran lingkungan adalah pemahaman terhadap gejala atau tingkah laku tertentu dari objek atau pengamatan ilmiah terhadap sesuatu yang ada di sekitar sebagai bahan pengajaran siswa sebelum dan sesudah menerima materi dari sekolah dengan membawa pengalaman dan penemuan dengan apa yang mereka temui di lingkungan mereka.
 2. Tujuan lingkungan sebagai media pembelajaran
Tujuan pemanfaatan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar adalah untuk mengupayakan agar terjadi proses komunikasi atau interaksi antara sekolah khususnya para siswa dan masyarakat. Interaksi yang baik akan menumbuhkan saling pengertian antara kedua pihak. Sehingga miskomunikasi tidak akan terjadi. Harapannya adalah terjadinya peningkatan relevansi antara kurikulum sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan adanya pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini guru juga berharap siswa akan lebih akrab dengan lingkungan sehingga menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan sekitarnya.
3.      Jenis lingkungan sebagai media pembelajaran
Semua lingkungan yang ada disekitar kita bisa digunakan sebagai media pembelajaran. Dari semua lingkungan yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan sosial, lingkungan alam dan lingkungan buatan.
a.       Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama dan sistem nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan.
Dalam praktek pengajaran penggunaan lingkungan sosial sebagai media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling dekat, seperti keluarga, tetangga, rukun tetangga, rukun warga, kampung, desa, kecamatan dan seterusnya. Hal ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan tingkat perkembangan anak didik.
Contoh : Dalam pelajaran Ilmu Bumi dan Kependudukan siswa diberi tugas untuk mempelajari aspek kependudukan di rukun tetangganya. Siswa diminta untuk mempelajari jumlah penduduknya, jumlah keluarga, komposisi penduduk menurut umur, agama, mata pencaharian, tingkat pendidikan, peserta KB, pertambahan penduduk dari tahun ke tahun dan lain-lain. Dalam studi ini siswa menghubungi ketua RT dan bertanya kepadanya, disamping melihat sendiri keadaan penduduk di RT tersebut. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di sekolah untuk dipelajari lebih lanjut.
Melalui kegiatan belajar seperti itu, siswa dapat lebih aktif dan lebih produktif sebab ia mengerahkan usahanya untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari sumber-sumber yang nyata dan faktual.
b.   Lingkungan Alam
Lingkungan Alam adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan, flora (tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan dan lain-lain).
Aspek-aspek lingkungan alam tersebut dapat dipelajari secara langsung oleh para siswa melalui cara-cara tertentu. Mengingat sifat-sifat dari gejala alam relatif tetap tidak seperti dalam lingkungan sosial, maka akan lebih mudah dipelajari para siswa. Siswa dapat mengamati dan mencatatnya secara pasti, dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi termasuk prosesnya dan sebagainya. Gejala lain yang dapat dipelajari adalah kerusakan-kerusakan lingkungan alam termasuk faktor penyebabnya seperti erosi, penggundulan hutan, pencemaran air, tanah, udara, dan sebagainya.
Dengan mempelajari lingkungan alam diharapkan para siswa dapat lebih memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan cinta alam, kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta dalam menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga kelestarian kemampuan sumber daya alam bagi kehidupan manusia.
Contoh : dalam pelajaran IPA, siswa diminta mempelajari lingkungan alam di tempat tinggalnya. Siswa diminta mencatat dan mempelajari suhu udaara, jenis tumbuhan, hewan, batu-batuan, kerusakan lingkungan, pencemaran dan lain-lain. Baik secara individual maupun kelompok para siswa akam melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, bertanya kepada orang lain, membuktikan sendiri atau mencobanya. Dari kegiatan tersebut siswa akan mendapatkan pelajaran yang tidak diperolehnya di sekolah sehari-hari.
c.   Lingkungan Buatan
Lingkungan yang ketiga adalah lingkungan buatan. Kalau lingkungan alam bersifat alami, sedangkan lingkungan buatan adalah lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan antara lain adalah irigasi atau pengairan, bendungan, pertamanan, kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik.
Siswa dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada umumnya. Lingkungan buatan dapat dikaitkan dengan kepentingan berbagai bidang studi yang diberikan di sekolah.
Ketiga lingkungan tersebut dapat dimanfaatkan sekolah dalam proses belajar-mengajar melalui perencanaaan seksama oleh para guru bidang studi di luar jam pelajaran dalam bentuk penugasan kepada siswa atau dalam waaktu khusus yang sengaja disiapkan pada akhir semester atau pertengahan semester. Ketika lingkungan ditempatkan sebagai media atau sumber pada bidang studi yang relevan, maka akan memperkaya materi pengajaran, memperjelas prinsip dan konsep yang dipelajari dalam bidang studi dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar para siswa.
4.      Keuntungan dan kelemahan menggunakan lingkungan sebagai media pembelajaran
Membawa kelas atau para siswa keluar kelas dalam rangka kegiatan belajar tidak terbatas waktu. Artinya tidak selalu memakan waktu yang lama, tapi bisa saja dalam satu atau dua jam pelajaran bergantung kepada apa yang akan dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya. Pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan.
Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran, antara lain :
  1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan dibandingkan duduk di kelas selama berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi
  2. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan langsung dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami
  3. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat
  4. Kegiatan belajar lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, dan menguji fakta
  5. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari sangat beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain
  6. Siswa juga lebih dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk rasa cinta akan lingkungan.
Sedangkan kelemahan dari penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran antara lain :
a.                  Tidak seperti pelajaran dalam kelas, pelajaran diluar kelas harus disiapkan secara matang karena jika kurang persiapan sebelumnya akan menyebabkan ada kesan main-main ketika pelajaran berlangsung.
b.                  Adanya anggapan belajar dengan lingkungan memerlukan waktu yang relatif lama, padahal pelajaran cukup dilakukan selama beberapa menit saja kemudian dilanjutkan dikelas.
c.                  Banyak guru yang masih berpandangan sempit bahwa belajar hanya dilakukan didalam kelas.
5.      Teknik penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran
Segala hal yang ada disekitar kita bisa dijadikan sebagai media pembelajaran. Hanya saja, tidak semua pengajar mengetahui bagaimana cara memanfaatkan lingkungan yang tersedia sebagai media dalam pengajaran bidang studi.
Ada beberapa cara atau teknik bagaimana mempelajari lingkungan sebagai media dan sumber belajar, antara lain :
a.   Survey
Mengunjungi lingkungan seperti mayarakat setempat untuk mempelajari proses sosial, budaya, ekonomi, kependudukan, dan lain-lain. Kegiatan belajar dilakukan siswa melalui observasi, wawancara dengan beberapa pihak yang dipandang perlu, mempelajari data atau dokumen yang ada, dan lain-lain. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di sekolah untuk dibahas bersama dan disimpulkan oleh guru dan siswa untuk melengkapi bahan pengajaran. Pengajaran yang dapat dilakukan untuk kegiatan survey terutama bidang studi ilmu sosial dan kemasyarakatan, seperti ekonomi, sejarah, kependudukan, hukum, sosiologi, antropologi, dan kesenian.
b.   Kamping atau berkemah
Kemah membutuhkan waktu yang cukup sebab siswa harus dapat menghayati bagaimana kehidupan alam seperti suhu, iklim, suasana, dan lain-lain. Kemah cocok untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam, ekologi, biologi, kimia, dan fisika. Siswa dituntut merekam apa yang ia alami, rasakan, lihat dan kerjakan selama kemah berlangsung. Hasilnya dibawa ke sekolah untuk dibahas dan dipelajari bersama-sama.
c.   Field trip atau karyawisata
Karyawisata adalah kunjungan siswa keluar kelass untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah. Sebelum karyawisata dilakukan siswa, sebaiknya direncankan terlebih dahulu objek apa yang akan akan dipelajari dan cara mempelajarinya serta kapan sebaiknya dipelajari.
Objek karyawisata harus relevan dengan bahan pengajaran. Misalnya musium untuk pelajaran sejarah, kebun binatang untuk pelajaran biologi, taman mini untuk pelajaran ilmu bumi dan kebudayaan, peneropongan bintang di Lembang untuk fisika dan astronomi. Karyawisata sebaiknya dilakukan pada akhir semester atau tengah semester dan dikaitkan dengan keperluan pengajaran dari berbagai bidang studi.
d.   Praktek lapangan
Praktek lapangan dilakukan oleh para siswa untuk memperoleh keterampilan dan kecakapan khusus. Misalnya siswa SPG diterjunkan ke sekolah dasar untuk melatih kemampuan sebagai guru di sekolah. Siswa SMEA dikirim ke perusahaan untuk mempelajari dan mempraktekkan pembukuan, akuntansi dan lain-lain. Dengan demikian praktek lapangan berkenaan dengan keterampilan tertentu sehingga lebih tepat untuk sekolah-sekolah kejuruan.
e.   Mengundang manusia sumber atau nara sumber
Jika cara sebelumnya kelas dibawa ke masyarakat, pada cara ini narasumber yang diundang ke sekolah untuk memberikan penjelasan mengenai keahliannyadi hadapan para siswa. Misalnya mengundang dokter atau mantri kesehatan untuk menjelaskan cara bercocok tanam, dan lain-lain. Narasumber yang diundang harus relevan dengan kebutuhan belajar siswa.
f.    Proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat
Cara ini dilakukan apabila sekolah (guru dan siswa secara bersama-sama melakukan kegiatan dengan memberikan bantuan kepada masyarakat seperti pelayanan, penyuluhan, partisipasindalam kegiatan masyarakat, dan kegiatan lain yang diperlukan). Proyek pelayanan pada masyarakat memberi manfaat yang baik bagi para siswa maupun bagi masyarakat.
C. PERPUSTAKAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
1. Pengertian Perpustakaan
Kata “perpustakaan” berasal dari kata pustaka, yang berarti (1)kitab, buku-buku (2)kitab primbon. Kemudian kata “pustaka” mendapat awalan “per” dan akhiran “an” menjadi perpustakaan. Perpustakaan mengandung arti (1)kumpulan buku-buku bacaan, (2) bilbliotek, dan (3)buku-buku kesusastraan (kamus besar bahasa Indonesia dalam Sutomo 2003: 7). Selanjutnya ada istilah pustakaloka yang berarti tempat atau ruangan perpustakaan. Pengertian yang lebih umum dan luas dari perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung atau bangunan, atau gedung itu sendiri, yag berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca. Perpustakaan dilengkapi dengan berbagai sarana dan pra sarana seperti ruang baca, rak buku, rak majalah, meja, kursi baca, kartu-kartu katalog, sistem pengelolaan tertentu, dan petugas lain.
Darmono mengemukakan bahwa Perpustakaan pada hakekatnya adalah pusat sumber belajar dan sumber informasi bagi pemakainya. Perpustakaan dapat pula diartikan sebagai tempat kumpulan buku-buku atau tempat buku-buku dihimpun dan diorganisasikan sebagai media belajar siswa[1]
Pengertian perpustakaan adalah kumpulan bahan informasi yang terdiri dari bahan buku/book materials dan bahan nonbuku/nonbook materials yang disusun dengan sistem tertentu dipersiapkan untuk diambil  manfaatnya/pengertiannya, tidak untuk dimiliki sebagian maupun keseluruhan.[2] Ibnu Ahmad Saleh memberikan definisi perpustakaan adalah tempat pengumpulan pustaka atau kumpulan pustaka yang diatur dan disusun dengan sistem tertentu, sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat ditemukan dengan mudah dan cepat.
Perpustakaan adalah sebuah tempat yang digunakan untuk menyimpan informasi baik berupa cetak (buku, koran, jurnal, majalah, karya tulis, karya lukisan) ataupun elektronik (pita kaset, film, slide,) yang biasanya disimpan menurut tatanan tertentu yang digunakan pengunjung untuk dibaca atau dipinjam dan bukan untuk dijual.
Jenis media lain yang bisa digunakan menyalurkan pesan pembelajaran agar lebih optimal adalah perpustakaan. Keberadaaan perpustakaan ternyata bisa difungsikan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khazanah budaya, dan berbagai layanan jasa lainnya telah ada sejak jaman dahulu kala. Secara langsung maupun tidak langsung, perpustakaan menjadi penyalur pesan pembelajaran yang dapat dioptimalkan pencapaain tujuan pembelajaran.
Pengelolaan perpustakaan sekarang tidak lagi secara manual tetapi sudah dikelola secara digital. Perpustakaan tidak hanya berisi buku saja tetapi berisi software yang di dalamnya menyimpan pesan pembelajaran dan lengkap. Sebuah perpustakaan ada prinsipnya mempunyai tiga kegiatan pokok, yaitu:
1.      Mengumpulkan (to collect) semua informasi yang diperoleh semua informasi yang sesuai dengan bidang kegiatan dan misi lembaganya dan masyarakatnya yang dilayaninya.
2.      Melestarikan, memelihara, dan merawat seluruh koleksi perpustakaan agar tetap dalam keadaan baik, utuh, layak pakai, dan tidak lekas rusak, baik karena pemakaian maupun karena usianya (to preserve).
3.      Menyediakan untuk siap dipergunakan dan diberdayakan (to make available) atas seluruh sumber informasi dan koleksi yang dimiliki perpustakaan bagi para pemakainya.
Dalam perkembangannya, perpustakaan saat ini bukan hanya merupakan tempat untuk menyimpan atau mengoleksi buku sebagai benda mati. Perpustakaan saat ini harus diberlakukan sebagai tempat yang disebut “to prevation of knowledge”. Artinya perpustakaan merupakan tempat untuk mengumpulkan, memelihara, dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Secara khusus perpustakaan berfungsi sebagai tempat pengumpulan, pelestarian, pengelolaan, pemanfaatan, dan penyebarluasan informasi.
2.Tujuan Perpustakaan
Tujuan perpustakaan tidak dapat lepas dari fungsi perpustakaan. Diantara tujuan pokok didirikannya sebuah perpustakaan adalah :
a)    Menyediakan sarana atau tempat untuk menghimpun berbagai sumber informasi untuk dikoleksi secara terus menerus, diolah dan diproses.
b)   Sebagai sarana atau wahana untuk melestarikan hasil budaya manusia (ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya) melalui aktifitas pemeliharaan dan pengawetan koleksi.
c)    Sebagai agen perubahan (Agent of changes) dan agen kebudayaan serta pusat informasi dan sumber belajar mengenai masa lalu, sekarang, dan masa akan datang. Selain itu, juga dapat menjadi pusat penelitian, rekreasi dan aktifitas ilmiah lainnya.
d)   Menciptakan budaya membaca untuk mencerahkan masa depan bangsa. Karena dari membaca inilah kita dapat memperoleh berbagai macam pengetahuan yang berguna untuk menjadi bekal di kehidupan kita yang akan datang.
3.  Fungsi Perpustakaan
Perpustakaan mempunyai beberapa fungsi, yang diantaranya adalah:
a)    Fungsi penelitian
Perpustakaan berfungsi sebagai jawaban terhadap berbagai pertanyaan ilmiah.
b)   Fungsi pendidikan
Perpustakaan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menambah pengetahuan atau mempelajari kembali materi-materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru di kelas.
c)     Fungsi rekreasi
Perpustakaan memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk menikmati  bahan yang ada.
d)   Fungsi informasi
Perpustakaan berfungsi sebagai tempat mencari informasi yang berkenaan dengan pemenuhan rasa ingin tahu dari pengunjung perpustakaan.
4.   Jenis-jenis Perpustakaan
a)    Perpustakaan Negara
Kebanyakan negara di dunia mempunyai perpustakaan negaranya sendiri. Perpustakaan negara memainkan peranan penting dalam membangun dan menyelaras berbagai isu berkaitan perpustakaan dan profesion pustakawan. Fungsi perpustakaan negara yang penting adalah sebagai pusat bibliografi negara yaitu ia menyimpan dan mengkatalogkan semua hasil penerbitan negaranya.
b)   Perpustakaan awam
Perpustakaan awam termasuk perpustakaan negeri, perpustakaan daerah, dan perpustakaan desa. Ia berfungsi menyediakan pengkhitmatan serta kemudahan bacaan dan rujukan kepada penduduk atau komuniti di sekitarnya. Koleksi perpustakaan awam adalah berbagai dan merangkumi bahan bacaan untuyk semua golongan yaitu anak-anak, remaja dan dewasa.
c)    Perpustakaan akademik
Perpustakaan akademik adalah perpustakaan di institusi pengajian tinggi seperti university, kolej dan maktab. Fungsi perpustakaan akademik menyediakan bahan-bahan untuk kegunaan para pelajar dan  tenaga pengajar di institusinya.
d)   Perpustakaan sekolah
Setiap sekolah biasanya dilengkapi dengan perpustakaan atau dipanggil pusat sember. Saiz perpustakaan sekolah kebanyakan adalah kecil dengan koleksi bahan yang sederhana. Koleksinya terdiri daripada  buku-buku rujukan seperti kamus, ensiklopedia, atlas, dan juga buku cerita.
e)    Perpustakaan khusus
Perpustakaan khusus adalah perpustakan yang berada di dalam sebuah organisasi ataupun syarikat. Perpustakaan khusus berfungsi memberikan perkhidmatan kepada pengguna yaitu mereka yang berada di dalam organisasi itu.[3]
5.  Penggunaan Perpustakaan sebagai Pusat Sumber Belajar
Perpustakaan merupakan pusat sarana akademisi. Perpustakaan menyediakan bahan-bahan pustaka berupa barang cetakan seperti buku, majalah/jurnal ilmiah,peta, surat kabar, karya-karya tulis berupa monograf yang belum diterbitkan, serta bahan-bahan non cetakan seperti micro-fish, micro film, dll. Oleh karena itu, perpustakaan dapat dmanfaatkaan oleh pelajar, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang keilmuan baik untuk tujuan akademisi.
Sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem intruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. Untuk menjamin bahwa sumber belajar tersebut adalah sebagai sumber belajar yang cocok, sumber tersebut harus memenuhi ketiga persyaratan sebagai berikut:
a.       Harus dapat tersedia dengan cepat
b.      Harus memungkinkan siswa untuk memicu diri sendiri
c.       Harus bersifat individual, misalnya harus dapat memenuhi berbagai kebutuhan para siswa dalam belajar mandiri.
Sumber  belajar dapat berasal dari berbagai bentuk misalnya orang juga dapat menjadi sumber belajar, yakni ketika staf pengajar menyediakan diri sebagai manusia sumber yang dapat tersedia setiap saat sehingga dapat memecahkan berbagai kesulitan siswa secara individual. Begitu juga tempat tertentu dapat dijadikan sumber belajar, contohnya adalah perpustakaan yang bisa digunakan. Setiap saat saperti yang diuraikan sebelumnya.
D. Televisi Sebagai Media Pembelajaran
1.      Pengertian Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam putih) maupun berwarna. Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan kata visi yang berarti “citra atau gamabar” dalam bahasa Latin. Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh. Pendapat lain menyebutkan, televisi dalam bahasa Inggris disebut television. Televisi terdiri dari istilah tele yang berarti jauh dan visi (vision) yang berarti penglihatan.
  Televisi merupakan salah satu bentuk media sebagai alat komunikasi massa. Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Media komunikasi yang termasuk massa yaitu radio siaran, televisi, film yang dikenal sebagai media elektronik, serta surat kabar dan majalah yang keduanya termasuk media cetak. Televisi merupakan salah satu bentuk media massa sebagai alat komunikasi massa. Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalyak. Media ini mempunyai kelebihan dari media mssa lainnya yaitu bersifat audio visual, dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi ke setiap rumah para pemirsa dimanapun mereka berada.
Televisi dapat dijadikan sarana pembelajaran yang efektif dan efisien. Keuntungan ini tersedia melalui berbagai tayangan yang disajikannya. Kita hanya tinggal memilah dan memilih tayangan atau saluran-saluran televisi mana yang cukup memadai sebagai sarana pembelajaran kita. Di sini televisi diletakkan pada kerangka positif, sebagai media pertukaran informasi, pemikiran, dan karya, sebagai media bahan kajian ilmiah, dokumentasi, dan lain sebagainya.
Televisi Pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak sekadar menghibur tetapi yang lebih penting adalah mendidik. Oleh karena itu, ia memiliki ciri-ciri tersendiri, antara lain yaitu:
a.       Dituntun oleh instruktur, yakni seorang guru atau instruktur menuntun peserta didik melalui pengalaman-pengalaman visual.
b.      Sistematis, yakni siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan tujuan dan pengalaman belajar yang terencana.
c.       Teratur dan berurutan, yakni siaran disajikan dengan selang waktu yang beraturan secara berurutan di mana  satu siaran dibangun atau mendasari siaran lainnya.
d.      Terpadu, yakni siaran berkaitan dengan pengalamn belajar lainnya seperti latihan, membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan pemecahan masalah (Arsyad, 2006:52).

2.      Belajar di Kelas Menggunakan Televisi
Apabila anak-anak belajar melalui televisi mereka tidak hanya mengamati acaranya dengan tenang, melainkan mereka juga memerhatikan perubahan-perubahan gambar yang terjadi. Demikian pula mereka memerhatikan susunan kata-kata dan teks yang ada.
Kegiatan belajar melalui media penyiaran ini, oleh Yoichi Nishimoto disebut sebagai “Broadcasting Learning Activitis” (Darwanto, 2007: 136). Ketika belajar melalui media penyiaran ini, anak-anak dituntut mampu  berkosentrasi  dengan penuh selama acara berlangsung. Hal ini sesuai dengan sifat media penyiaran itu sendiri, dan daya kemampuan berkosentrasi ini erat hubungannya dengan kemampuan untuk mengerti dan kemampuan untuk mereproduksi apa yang telah diamatinya. Ini berarti bahwa anak-anak dituntut untuk mampu mengantisipasi isi pesan yang ada dalam acara tersebut.
Menurut Cece Wijaya, dkk. (1992: 149), faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan dalam penggunaan televisi untuk kelas adalah:
1.      Teknik pemilihan
Pemilihan siaran televisi yang sesuai untuk pembelajaran adalah semacam proses evaluasi dan pemilihan film suara. Seperti dalam memilih setiap media pengajaran audiovisual, pertanyaan dasar adalah apakah televisi dapat membantu menciptakan situasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan media sebelumnya? Masalah yang unik bagi guru dalam menilai dan memilih siaran adalah ketidakmungkinan mengadakan preview. Oleh karena itu, pertimbangan harus didasarkan atas kemampuan program menyumbangkan pengalaman. Reputasi sponsor atau produser tingkat ahli, atau peraga yang ada dalam siaran, memperhatikan
pengelolaan siaran membantu guru dalam menentukan siaran apa yang mesti disiarkan saat ini dan yang bisa diproduksi untuk nanti. Pertimbangan yang sama untuk validitas kurikulum dan pemilihan perangkat audivisual adalah :
a.       Tingkat usia kelompok yang memirsa.
b.      Isi siaran yang lebih mudah dipahami.

2.      Kebijaksanaan penggunaan televisi
Kebijaksanaan penggunaan televisi untuk kelas merupakan salah satu tanggung jawab guru. Demikian juga dalam perencanaan siaran di kelas. Sebelum siaran, guru harus memberikan aktivitas-aktivitas yang akan meningkatkan minat siswa. Para siswa akan bertanya-tanya, membahas program, dan ingin mengetahui tujuan menyaksikan siaran tersebut. Mereka akan segera mempersiapkan diri untuk mengikuti program TV. Kesulitan besar guru dalam merencanakan penggunaan program televisi adalah ketidaktahuan secara pasti terhadap isi program.
3.      Manfaat Penggunaan Televisi di Sekolah
Oermar Hamalik (dalam Syukur, 2005: 153) mengemukakan beberapa manfaat penggunaan televise di sekolah, khususnya bagi pendidikan anak-anak, antara lain:
a.       Telesisi bersifat langsung dan nyata, dapat menyajikan peristiwa sebenarnya pada waktu kejadiannya. Melalui televise kelas dapat mengadakan kontak langsung dengan ahli-ahli ilmu pengetahuan dari berbagai bidang keahlian.
b.      Televisi memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah dan mungkin juga berbagai peristiwa, keadaan penduduk dan kehidupannya dari daerah atau Negara lain.
c.       Televisi dapat menciptakan kembali semua peristiwa masa lampau, baik melalui film, drama, dan sebagainya.
d.      Televisi dapat mempertunjukan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam. Alat ini dapat menyajikan pokok-pokok tersebut satu persatu secara runtut dan sebaik-baiknya.
e.       Banyak mempergunakan sumber-sumber masyarakat. Melalui program televise, banyak peristiwa, kegiatan dan sumber-sumber masyarakat lainnya dapat dibawa ke dalam kelas.
f.       Televisi dapat melatig guru. Baik dalam pre-service maupun in-service training, guru memerlukan kesempatan untuk melihat contoh-contoh mengajar yang baik.
g.      Masyarakat akan mengerti tentang sekolah. Pada umumnya orang tua dan masyarakat tidak mengetahui kegiatan apa yang dikerjakan disekolah dan bagaimana program sekolah dilakukan. Melalui program televisi masyarakat dapat melihat dan menikmati serta memahaminya.
h.      Televisi dapat menarik minat, baik terhadap anak maupun terhadap orang dewasa.

4.      Kelebihan dan Kelemahan Televisi Sebagai Media Pendidikan
Kelebihan Televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi, maupun pendidikan dengan sangat memuaskan. Penonton TV tak perlu bersusah-susah pergi kegedung bioskop atau gedung sandiwara karena pesawat TV menyajikan di rumahnya. Sebagai media pembelajaran, televisi memiliki beberapa kelebihan dalam menyampaikan pesan dan juga mempunyai kelemahan. Di antara kelebihan media televisi adalah seperti berikut:
a.       Televisi dapat memancarkan berbagai jenis bahan audio-visual termasuk gambar diam, film, objek, spesimen dan drama.
b.      Televisi bisa menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi peserta didik.
c.       Televisi dapat membawa dunia nyata ke rumah dan ke kelas-kelas, seperti orang, tempat-tempat dan peristiwa, melalui penyiaran langsung atau rekaman.
d.      Televisi dapat memberikan kepada peserta didik peluang untuk melihat dan mendengar diri sendiri.
e.       Televisi dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh peserta didik dengan usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda.
f.       Televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh pada dunia nyata; misalnya ekspresi wajah, dental operation, dan lain-lain.
g.      Televisi dapat menghemat waktu guru dan peserta didik, misalnya dengan merekam siaran pelajaran yang disajikan dapat diputar ulang jika diperlukan tanpa harus melakukan proses itu kembali. (Arsyad, 2006: 52).
h.      Televisi merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap diterima oleh anak-anak karena mereka mengenalnya sebagai bagian dari kehidupan luar sekolah mereka.
i.        Televisi dapat memikat perhatian sepenuhnya dari penonton.
j.        Horizon kelas dapat diperlebar dengan televisi. Batas ruang dan waktu yang dapat diatasi.
k.      Hamper setiap mata pelajaran dapat di TV-kan.
l.        Televisi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam hal mengajar (Sadiman, 2005: 72).
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki media televisi adalah sebagai berikut:
a.       Harga pesawat televisi relative mahal.
b.      Sifat komunikasinya hanya satu arah.
c.       Jika akan memanfaatkan di kelas jadwal siaran dan jadwal pelajaran di sekolah sering kali sulit disesuaikan.
d.      Program di luar control guru.
e.       Besarnya gambar di layar relatif kecil dibanding dengan film, sehingga jumlah siswa yang dapat memanfaatkan terbatas (Sadiman, 2005: 73).
f.       Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan untuk memahami pesan-pesannya sesuai dengan kemampuan individual siswa.
g.      Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi film sebelum disiarkan.
h.      Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama penayangan (Arsyad, 2006: 53).

5.      Peranan Orang Tua dan Guru Dalam Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi
Setiap orangtua memiliki tanggung jawab untuk selalu mengawasi anaknya dan memperhatikan perkembangannya, oeh sebab itu hal-hal yang sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai dampak positif atau negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang bersangkutan. Begitu juga mengenai hal televisi ini, yang sudah nyata dampak negatifnya, sudah sepatutnya setiap orang tua mempersiapkan senjata untuk mengantisipasinya.
Dari begitu banyak dampak yang diakibatkan oleh tontonan televisi, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan oleh setiap orang tua, yaitu:
a.       Pilih acara yang sesuai dengan usia anak Jangan biarkan anak-anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya, walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak (tidak ada unsur kekerasan, atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan usia mereka).
b.      Dampingi anak memonton TV Tujuannya adalah agar acara televisi yang mereka tonton selalu terkontrol dan orang tua bisa memperhatikan apakah acara tersebut masih layak atau tidak untuk di tonton.
c.       Letakan TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV dikamar anak. Dengan meyimpan TV diruang tengah ,akan mempermudah orang tua dalam mengontrol tontonan anak-anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang tidak orang tua inginkan, karena kecendrungan rasa ingin tahu anak-anak sangat tinggi.
d.      Tanyakan acara favorit mereka dan bantu memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah menonton, ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana dan positif. Acara yang bisa dilakukan misalnya hiking, tamasya, siraturahim tempat sanak keluarga dan hal lainnya yang bisa membangun jiwa sosialnya.
Selanjutnya Dr. Martin Leman (2000), memberikan panduan yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam pemanfaatan media TV bagi anak-anak, yaitu sebagai berikut:
a.       Orang tua memilihkan acara yang menarik dan mendidik anak, sesuai usia.
b.      Periksalah jadwal acara TV, sehingga kita bisa mengatur jadwal film/ acara apa yang akan ditonton bersama anak.
c.       Perhatikan acara apa yang mau ditonton dan perhatikan acara selanjutnya jangan sampai anak terus menerus menonton televisi.

6.      Prinsip-Prinsip Televisi 
Televisi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran jika televisi dapat berfungsi sebagai penyalur pesan pembelajaran. Sebab tidak semua jenis program dalam televisi dapat berfungsi sebagai penyalur pesan pembelajaran. Apalagi akhir-akhir ini banyak program televisi yang tidak edukatif, baik dari sisi konten maupun tampilan.
Penggunaan televisi sebagai media pembelajaran ini dapat dikategorisasikan dalam dua jenis, yaitu televisi pendidikan dan televisi umum. Televisi pendidikan telah didesain dan dikembangkan secara khusus untuk kepentingan pembelajaran. Sehingga program dan tampilannya telah disesuaikan dengan isi dan tujuan pembelajaran. Namun televisi umum program dan tampilannya tidak didesain dan dikembangkan untuk kepentingan pembelajaran semata, meskipun bagian-bagian programnya berisi pendidikan.
Guru yang menggunakan media televisi dituntut bias menentukan secara tepat media televisi ini yang dijadikan media, apakah televisi pendidikan atau televisi umum. Oleh karena itu, ada beberapa prinsip agar televise dapat digunakan dalam pembelajaran, sebagai berikut:
a.       Relevan dengan tujuan pembelajaran.
b.      Meningkatkan motivasi dan menarik bagi siswa.
c.       Program dan tampilan sesuai isi pembelajaran.
d.      Mudah digunakan dalam pembelajaran.
e.       Guru terampil mengoperasionalkan dalam pembelajaran.
Intinya, televisi bias digunakan sebagai media pembelajaran dengan ketentuan program dan tampilan televisi dapat berfungsi sebagai penyalur pesan dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran lebih optimal.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Sumber-sumber pengajaran ialah segala macam alat atau situasi yang dapat memperkaya atau memperjelas pemahaman murid terhadap yang dipelajarinya, yang sekaligus berarti memperkaya pengalaman mereka. Sumber itu merupakan alat yang membantu guru dalam mengajar, sehingga metode mengajar yang digunakannya akan menjadi lebih efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. Sumber itu merupakan alat peraga yang dapat memperjelas atau membuat pelajaran menjadi lebih konkrit, dan yang membuat murid lebih terdorong untuk belajar serta membuat situasi pengajaran lebih bervariasi. Sudah sangatlah jelas bahwa sumber belajar bisa dikatakan sebgai situasi yang mendukung proses pembeljaran, bukan hanya sekedar siuasi saja tapi alat atau media yang kita gunakan dalam pembelajaran sekalipun bisa dikatakan sebagai sumber pengajaran. Seperti perpustakaan dan Televisi keduanya merupakan tempat dan alat yang digunakan sebagai media pembelajaran keduanya bisa disebut sebagai sumber belajar, seperti yang dijelaskan diatas. Perpustakaan bisa menjadi situasi dan televise bisa dikategorikan masuk kedalam alat. Jadi keduanya bisa dikattakan sebagai sumber belajarar.

B. Saran



Daftar Pustaka

Ariani,  Niken. 2010. Pembelajaran Multi Media. Jakarta. PT. Prestasi Pustakakarya.
Arsyad, Azhar.(2006).Media Pembelajaran.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Ruswandi Uus, 2008. Media Pembelajaran. Bandung. CV.Insan Mandiri
Dahlan, 1984. Model-Model Mengajar. Bandung. CV.Diponegoro
Farid, Muhammad dkk. 2013. Model Media Pembelajaran  Melalui Tayangan Televisi  Dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Anak-Anak Pedesaan  Di Sulawesi Selatan. Vol. 2.
Arsyad Azhar, “Media Pembelajaran” , PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta:2006
Sudjana Nana, “Media pengajaran penggunaan dan pembuatannya”, Sinar Baru, Bandung:1997
ekohs.wordpress.com/…/lingkungansebagai-sumber-dan-mediapembelajaran/
      jawaposting.blogspot.com/…/teknik-menggunakan-lingkungansebagai
      susantotutor.wordpress.com/…/barang-bekas-dan-barang-sederhana-sebagaimediapembelajaran
Arikunto Suharsimi. 2002. “Prosedur Penelitian”. Jakarta: Rineka Cipta




Tidak ada komentar:

Posting Komentar