Kamis, 11 April 2019
GREEN TWIN TOWER
GREEN TWIN TOWER FKIP UNTIRTA
CIWARU
Untirta merupakan sebuah Universitas
Negeri terkumuka di provinsi Banten, untirta sendiri memiliki 6 Fakultas. Salah
satu fakultas yang sering ramai diserbu oleh para mahasiswa baru adalah Fakultas
Keguruan (FKIP). Diamana setiap tahunnya FKIP selalu menjadi Fakultas dengan cangkupan
mahasiswa terbanyak. FKIP memiliki 18 jurusan dan FKIP juga mencatat sebagai
fakultas yang memeliki jurusan terbanyak di UNTIRTA. Selain mahasiswa dan jiga
jurusannya yang begitu banyak, FKIP memiliki tempat yang begitu iconic yang
begitu melambangkan FKIP itu sendiri, bahkan hampir semua mahasiswa UNTIRTA
baik yang di FKIP atau yang sedang berkunjung di FKIP pasti berfoto di tempat
ini. Tempat itu biasa kami sebut sebagai “Green Twin Tower FKIP” atau dalam
bahasa Indonesia disebut sebagai gedung hijau kembar. Terdapatnya 2 gedung
tinggi yang saling bertatapan, menjadi salah satu daya tarik untuk para warga
FKIP berfose diantara keduanya, seperti magnet yang menarik, hampir setiap hari
selalu ada saja yang menagabadiakan foto di antara kedua gedung ini. Selain bentuknya
yang menarik, kedua gedung ini ketika sore selalu disinari oleh cahaya matahari
yang begitu indah, atau yang sering disebut sunset, sunset yang muncul diantara
kedua gedung ini menjadi daya tarik lain untuk warga FKIP khususnya berlama2
berfose diantara gedung kembar ini. FKIP senidiri merupakan Fakultas tertua
kedua setelah FEB. FKIP sebelum memiliki gedungnya sendiri dulunya FKIP masih
bergabung bersama fakultas lainnya di Kampus A pakupatan. Selain gedung iconik
yang menjadi daya tarik, FKIP untirta juga memiliki fasilitas yang sangat
mumpuni, dimana selain proyektor dan juga pendingin ruangan baru yang terpasang
disetiap kelas. FKIP sendiri memiliki lapangan parker yang luas, lalu pepohonan
yang mulai rindang, dan juga meliki PKM nya sendiri. Setelah itu juga terdapat
perpustakaan khusus yang dimiliki oleh FKIP. Dan juga terdapat beberapa LAB
jurusan yang mulai tetata dengan baik. FKIP kini masih masa pembangunan, FKIP
akan terus berkembang menjadi lebih besar lagi kedepannya.
SUMBER BELAJAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
“SUMBER
BELAJAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN”
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Media
Pembelajaran
Dosen pengampu : Ahmad Fauzi , M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 3 :
M. Perdiansyah (2221170037)
Nisa Nursundanis M (2221170001)
Karmilah (2221170054)
PENDIDIKAN
LUAR SEKOLAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas hidayah dan nikmatnya penulis dapat menyelesaikan Makalah dengam judul “
Sumber Belajar Sebagai Media Pembelajaran”.
Makalah
ini di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Media
Pembelajaran, Dalam penyusunan Makalah
ini begitu banyak kendala dan kesulitan yang di hadapi penulis . Terutama dalam
proses pengumpulan dan referensi yang tepat serta kendala lainnya. Namun berkat
kuasa Allah SWT semua kesulitan dan kendala dapat di lalui oleh penulis.
Saya
sebagai penulis menyadari bahwa menyusunan Makalah ini masih sangat jauh dari
kata sempurna . Untuk itu saya harapkan saran serta masukkan yang bersifat
membangun. Akhir kata , semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca . Semoga Allah SWT selalu memberikan
rahmatNya.
Serang, 26 Maret 2019
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
dan Ciri ciri Sumber Belajar........................................... 2
B. Lingkungan
Sebagai Media Pembelajaran ...................................... 6
C. Perpustakaan
Sebagai Media Pembelajaran................................... 11
D.
Televisi
Sebagai Media pembelajaran............................................ 15
BAB III PENETUP
A. Kesimpulan
................................................................................... 21
B. Saran
............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ini banyak kalangan bahkan kaum
pelajar belum mengerti akan arti penting keberadaan perpustakaan. Ironisnya hal
ini terjadi ditengah-tengah dari maraknya sosialisasi mengenai urgensi
perpustakaan dan perkembangan perpustakaan yang kini telah hadir hampir di
setiap lembaga pendidikan. Belum lagi dengan adanya berbagai jenis perpustakaan
sesuai fungsi dan penggunaannya, kian membutakan kaum pelajar akan pengetahuan
dari lokasi yang disebut sebagai sumber pengetahuan ini.
Guna turut mensosialisasikan mengenai
peran dan urgensi perpustakaan, makalah ini kami susun. Selain itu, penulis
berharap agar pengetahuan para pelajar menjadi semakin terbuka akan
perpustakaan dan perkembangannya pada khususnya dan kepada seluruh pembaca pada
umumnya.
B. Rumusan Masalah
- Apa pengertian dan Ciri-Ciri Sumber Belajar?
- Apakah Perpustakaan Sebagai Media Pembelajaran?
- Apakah Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran?
- Apakah Televisi Sebagai Media Pembelajaran?
C. Tujuan
- Ingin Mengetahui pengertian dan Ciri-Ciri Sumber Belajar?
- Untuk Mengetahui Perpustakaan Sebagai Media Pembelajaran?
- Untuk Memahami Apakah Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran?
- Untuk Mengetahui Televisi Sebagai Media Pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN CIRI CIRI SUMBER
BELAJAR
1. Pengertian Sumber Belajar
Menurut Darwis A. Soelaiman (1979: 265) sumber-sumber
pengajaran ialah segala macam alat atau situasi yang dapat memperkaya atau
memperjelas pemahaman murid terhadap yang dipelajarinya, yang sekaligus berarti
memperkaya pengalaman mereka. Sumber itu merupakan alat yang membantu guru
dalam mengajar, sehingga metode mengajar yang digunakannya akan menjadi lebih
efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. Sumber itu merupakan alat peraga yang
dapat memperjelas atau membuat pelajaran menjadi lebih konkrit, dan yang
membuat murid lebih terdorong untuk belajar serta membuat situasi pengajaran
lebih bervariasi. Demikian pula sumber itu merupakan pesanpesan berupa isi
pelajaran dari guru kepada siswa. Sumber- sumber pengajaran dapat dibagi menjadi
4 kategori:
- Alat-alat bantu tradisional dengan kegunaannya yang umum, seperti papan tulis dan buku-buku, maupun surat kabar, majalah dan bahan-bahan referensi lain yang ada di perpustakaan,
- Sumber-sumber pengajaran yang ada dalam masyarakat “community resources” seperti tempat-tempat bersejarah, keadaan alam lingkungan, industry, dan lain-lain.
- Alat-alat audio visual, sebaian ada yang bersifat visual dan sebagian lagi hanya “auditory”, dan ada pula yang mencakup keduanya yaitu alat-alat yang dapat memperhatikan dan mendengarkan sesuatu. Alat visual meliputu bendabenda, contoh-contoh, gambar-gambar, lukisan, diorama, dan bahan-bahan lainnya.
- Alat-alat yang disebut “mesin pengajar” merupakan penemuan baru dalam pelaksanaan pengajaran berprogram. (Darwis A. Soelaiman, 1979: 267-268).
Menurut Abdul Majid (2007: 170) Sumber belajar juga
diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang
mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk
melakukan proses perubhan tingkah laku. Dari pengertian tersebut belajar dapat
dikategorikan sebagai berikut.
- Tempat atau lingkungan alam sekitar yang dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar.
- Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar.
- Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai bumber belajar.
- Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks kamus, ensiklopedi, fiksi, dan sebagainya.
- Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar. (Abdul Majid, 2007: 170-171).
Menurut Sudjarwo S (1989: 160) ciri pendidikan yang efektif
adalah pendidikan yang berorientasi pada siswa dan disajikan melalui sumber
belajar dan teknik yang menantang, merangsang daya cipta untuk menemukan,
mengesankan dan diselenggarakan dengan penuh kasih sayang. Untuk menciptakan
suasana seperti itu, maka cara pemanfaatan sumber belajar harus berdasarkan
ciri-ciri siswa yang meliputi.
- Kemampuan akademis (pengetahuan yang telah dimiliki, tingkat kecerdasan, kemampuan bahasanya dan sebagainya).
- Kesehatan mental dan fisiknya, cacat/tidak, usia, kematangan sikap, sifatnya tertutup/terbuka, wataknya keras/lembut, pemalu/tidak dan sebagainya.
- Tingkat motivasi untuk belajar: tinggi/rendah, intrinsic/ekstrinsik, dan sebagainya.
- Sosial: bagaimana kemampuan berkawan dan bekerjasama dengan teman yang lain dan hal-hal lain yang berhubungan dengan komunikasi antar siswa.
- Ekonomi: dari mana mereka berasal, keluarga kaya, miskin, sedang, pedagang, pegawai negeri, dosen, pegawai administrasi, dan sebagainya.
- Budaya: bagaimana disiplin dan kebiasaan hidup sehari-harinya pemalas, rajin dan sebagainya.
- Bakat dan minat.
Kemudian, metode belajar mengajar yang dipilih harus tepat,
oleh karena itu harus berdasarkan prinsip: mencari sendiri, memecahkan masalah,
menemukan kesimpulan jawaban dan mengevaluasi hasil belajar. Guru cukup
berperan sebagai pengamat, pengawas, pembimbing,petunjuk dan konsultan untuk
siswa. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 1) dalam metodologi
pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media
pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat bantu
untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai-tidaknya tujuan pengajaran. Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kedudukan media pengajaran sebagai alat
bantu mengajar adadalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan
belajar yang diatur oleh guru.
2. Ciri-ciri Sumber Belajar
Sumber belajar mempunyai empat
ciri pokok (Sudjana, 1989 : 80) yaitu :
- Sumber belajar mempunyai daya atau kekuatan yang dapat memberikan sesuatu yang kita perlukan dalam proses pengajaran. Jadi, walaupun sesuatu daya, tetapi tidak memberikan sesuatu yang kita inginkan sesuai dengan tujuan pengajaran, maka sesuatu daya tersebut tidak dapat disebut sebagai sumber belajar.
- Sumber belajar merubah tingkah laku yang lebih sempurna, sesuai dengan tujuan. Apabila dengan sumber belajar malah membuat seseorang berbuat dan bersifat negatif maka sumber belajar tersebut tidak dapat disebut sebagai sumber belajar. Misalnya setelah seseorang menonton film, ada isi/pesan, film tersebut mempunyai dampak negatif terhadap dirinya maka film tersebut bukanlah sumber belajar.
- Sumber belajar dapat dipergunakan secara sendiri-sendiri (terpisah), tetapi tidak dapat digunakan secara kombinasi (gabungan). Misalnya sumber belajar material dapat dikombinasi dengan devices dan strategi (motode). Sumber belajar modul dapat diri sendiri.
- Sumber belajar secara bentuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber belajar yang dirancang (by designed), dan sumber belajaryang tinggal pakai (by utilization).
Sumber
belajar yang sudah dirancang adalah sesuatu yang memang dari semula dirancang
untuk keperluan belajar. Sedangkan sumber belajar yang tinggal dipakai sesuatu
yang pada mulanya tidak dimaksudkan untuk kepentingan belajar, tetapi kemudian
dimanfaatkan untuk kepentingan belajar. Ciri utama sumber belajar yang tinggal
pakai adalah: tidak terorganisir dalam bentuk isi yang sistematis, tidak
memiliki tujuan pembelajaran yang ekspilit, hanya dipergunakan menurut tujuan
tertentu dan bersifat insidental, dan dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan
pembelajaran yang relevan dengan sumber belajar tersebut.
3. Fungsi dan Manfaat Sumber Belajar
Penggunaan
sumber belajar dalam proses pembelajaran memiliki beberapa fungsi (Isbani,
1987: 10) yaitu:
1. Memberikan kemungkinan
pembelajaran yang sifatnya lebih individual dengan jalan:
- Mengurangi kontrol dosen/guru yang kaku dan tradisional
- Memberikan kesempatan bagi mahasiswa/siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.
2. Mening katkan produktivitas
pembelajaran dengan jalan:
- Mengurangi beban dosen/guru dalam penyajian informasi sehingga lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar.
- Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik.
3. Lebih memantapkan
pembelajaran dengan jalan:
- Meningkatkan kemampuan manusia berbagai media komunikasi.
- Penyajian informasi dan data secara lebih konkrit.
4. Memberikan dasar yang lebih
ilmiah terhadap pembelajaran:
- Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis.
- Pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi oleh penelitian tentang perilaku.
5. Memungkinkan penyajian
pendidikan yang lebih luas terutama dengan adanya media massa:
- Pemanfaatan bersama secara lebih luas tenaga ataupun kejadian yang langka.
- Penyajian informasi yang mampu menembus batas geografis.
6. Memungkinkan belajar
seketika, karena dapat:
- Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan relaitas yang bersifat konkrit.
- Memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
7. Kriteria Pemilihan Sumber
Belajar
Kriteria
pemilihan sumber belajar yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut
(Soeharto, 2003 : 80-82) :
- Tujuan yang dicapai: Ada sejumlah tujuan yang ingin dicapai, dengan menggunakan sumber belajar dipergunakan untuk menimbulkan motivasi, untuk keperluan pengajaran, untuk keperluan penelitian ataukah pemecahan masalah. Harus disadari bahwa masing-masing sumber belajar memiliki kelebihan dan kelemahan.
- Ekonomi: Sumber belajar yang dipilih harus murah. Kemurahan disini harus diperhitungakan dengan jumlah pemakai, lama pemakaian, langka tidaknya peristiwa itu terjadi dan akurat tidaknya pesan yang disampaikan.
- Praktis dan sederhana: Sumber belajar yang sederhana, tidak memerlukan peralatan khusus, tidak mahal harganya, dan tidak membutuhkan tenaga terampil yang khusus.
- Gampang didapat: sumber belajar yang baik adalah yang ada disekitar kita dan mudah untuk mendapatkannya.
- Fleksibel atau luwes: Sumber belajar yang baik adalah yang sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai kondisi dan situasi.
B.
LINGKUNGAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
1. Definisi lingkungan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan
diartikan sebgai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya
yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris
peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle,
area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang
artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di
sekitar atau sekeliling. Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu
merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk
di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu
terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan
budaya manusia.
Lingkungan adalah sesuatu gejala alam yang ada disekitar
kita, dimana terdapat interaksi antara faktor biotik (hidup) dan faktor abiotik
(tak hidup). Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan
sebaliknya individu memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses
interaksi itu dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan
tingkah laku.
Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara
individu dan lingkungan. Menurut Slameto (2003:2) “Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan
sangat penting pengaruhnya terhadap pemerolehan siswa akan pelajaran yang
sedang dipelajarinya.
Media pendidikan sangat penting sekali untuk menunjang
pencapaian tujuan pendidikan. Oemar Hamalik (2004 : 194) dalam teorinya
“Kembali ke Alam” menunjukan betapa pentingnya pengaruh alam terhadap
perkembangan peserta didik. Menurut Oemar Hamalik (2004: 195) Lingkungan (environment)
sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah
laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting.
Lingkungan yang berada disekitar kita dapat dijadikan
sebagai sumber belajar. Lingkungan meliputi: Masyarakat disekeliling sekolah; Lingkungan
fisik disekitar sekolah, bahan-bahan yang tersisa atau tidak dipakai,
bahan-bahan bekas dan bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau alat
bantu dalam belajar, serta peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam
masyarakat. Jadi, media pembelajaran lingkungan adalah pemahaman terhadap
gejala atau tingkah laku tertentu dari objek atau pengamatan ilmiah terhadap
sesuatu yang ada di sekitar sebagai bahan pengajaran siswa sebelum dan sesudah
menerima materi dari sekolah dengan membawa pengalaman dan penemuan dengan apa
yang mereka temui di lingkungan mereka.
2. Tujuan lingkungan sebagai media pembelajaran
Tujuan pemanfaatan lingkungan masyarakat sebagai sumber
belajar adalah untuk mengupayakan agar terjadi proses komunikasi atau interaksi
antara sekolah khususnya para siswa dan masyarakat. Interaksi yang baik akan
menumbuhkan saling pengertian antara kedua pihak. Sehingga miskomunikasi tidak
akan terjadi. Harapannya adalah terjadinya peningkatan relevansi antara
kurikulum sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan adanya pemanfaatan lingkungan sebagai media
pembelajaran ini guru juga berharap siswa akan lebih akrab dengan lingkungan
sehingga menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan sekitarnya.
3. Jenis lingkungan sebagai media
pembelajaran
Semua lingkungan yang ada disekitar kita bisa digunakan
sebagai media pembelajaran. Dari semua lingkungan yang dapat digunakan dalam
proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga
macam lingkungan belajar yakni lingkungan sosial, lingkungan alam dan
lingkungan buatan.
a. Lingkungan
Sosial
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan
interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi sosial,
adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan,
struktur pemerintahan, agama dan sistem nilai. Lingkungan sosial tepat
digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan.
Dalam praktek pengajaran penggunaan lingkungan sosial
sebagai media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling
dekat, seperti keluarga, tetangga, rukun tetangga, rukun warga, kampung, desa,
kecamatan dan seterusnya. Hal ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan
tingkat perkembangan anak didik.
Contoh : Dalam pelajaran Ilmu Bumi dan Kependudukan siswa
diberi tugas untuk mempelajari aspek kependudukan di rukun tetangganya. Siswa
diminta untuk mempelajari jumlah penduduknya, jumlah keluarga, komposisi
penduduk menurut umur, agama, mata pencaharian, tingkat pendidikan, peserta KB,
pertambahan penduduk dari tahun ke tahun dan lain-lain. Dalam studi ini siswa
menghubungi ketua RT dan bertanya kepadanya, disamping melihat sendiri keadaan
penduduk di RT tersebut. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di sekolah untuk
dipelajari lebih lanjut.
Melalui kegiatan belajar seperti itu, siswa dapat lebih
aktif dan lebih produktif sebab ia mengerahkan usahanya untuk memperoleh
informasi sebanyak-banyaknya dari sumber-sumber yang nyata dan faktual.
b. Lingkungan
Alam
Lingkungan Alam adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah
seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan, flora
(tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan dan
lain-lain).
Aspek-aspek lingkungan alam tersebut dapat dipelajari secara
langsung oleh para siswa melalui cara-cara tertentu. Mengingat sifat-sifat dari
gejala alam relatif tetap tidak seperti dalam lingkungan sosial, maka akan
lebih mudah dipelajari para siswa. Siswa dapat mengamati dan mencatatnya secara
pasti, dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi termasuk prosesnya dan
sebagainya. Gejala lain yang dapat dipelajari adalah kerusakan-kerusakan
lingkungan alam termasuk faktor penyebabnya seperti erosi, penggundulan hutan,
pencemaran air, tanah, udara, dan sebagainya.
Dengan mempelajari lingkungan alam diharapkan para siswa
dapat lebih memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan cinta
alam, kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta dalam
menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga
kelestarian kemampuan sumber daya alam bagi kehidupan manusia.
Contoh : dalam pelajaran IPA, siswa diminta mempelajari
lingkungan alam di tempat tinggalnya. Siswa diminta mencatat dan mempelajari
suhu udaara, jenis tumbuhan, hewan, batu-batuan, kerusakan lingkungan,
pencemaran dan lain-lain. Baik secara individual maupun kelompok para siswa
akam melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, bertanya kepada orang lain,
membuktikan sendiri atau mencobanya. Dari kegiatan tersebut siswa akan mendapatkan
pelajaran yang tidak diperolehnya di sekolah sehari-hari.
c. Lingkungan
Buatan
Lingkungan yang ketiga adalah lingkungan buatan. Kalau
lingkungan alam bersifat alami, sedangkan lingkungan buatan adalah lingkungan
yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan antara lain adalah irigasi
atau pengairan, bendungan, pertamanan, kebun binatang, perkebunan, penghijauan,
dan pembangkit tenaga listrik.
Siswa dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai
aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya
dukungnya, serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan
manusia dan masyarakat pada umumnya. Lingkungan buatan dapat dikaitkan dengan
kepentingan berbagai bidang studi yang diberikan di sekolah.
Ketiga lingkungan tersebut dapat dimanfaatkan sekolah dalam
proses belajar-mengajar melalui perencanaaan seksama oleh para guru bidang
studi di luar jam pelajaran dalam bentuk penugasan kepada siswa atau dalam
waaktu khusus yang sengaja disiapkan pada akhir semester atau pertengahan
semester. Ketika lingkungan ditempatkan sebagai media atau sumber pada bidang
studi yang relevan, maka akan memperkaya materi pengajaran, memperjelas prinsip
dan konsep yang dipelajari dalam bidang studi dan bisa dijadikan sebagai
laboratorium belajar para siswa.
4. Keuntungan dan kelemahan menggunakan
lingkungan sebagai media pembelajaran
Membawa kelas atau para siswa keluar kelas dalam rangka
kegiatan belajar tidak terbatas waktu. Artinya tidak selalu memakan waktu yang
lama, tapi bisa saja dalam satu atau dua jam pelajaran bergantung kepada apa
yang akan dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya. Pemanfaatan lingkungan
sebagai media pembelajaran lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan
langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga
lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan.
Banyak keuntungan
yang dapat diperoleh dari penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran,
antara lain :
- Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan dibandingkan duduk di kelas selama berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi
- Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan langsung dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami
- Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat
- Kegiatan belajar lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, dan menguji fakta
- Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari sangat beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain
- Siswa juga lebih dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk rasa cinta akan lingkungan.
Sedangkan kelemahan dari penggunaan lingkungan
sebagai media pembelajaran antara lain :
a.
Tidak
seperti pelajaran dalam kelas, pelajaran diluar kelas harus disiapkan secara
matang karena jika kurang persiapan sebelumnya akan menyebabkan ada kesan
main-main ketika pelajaran berlangsung.
b.
Adanya
anggapan belajar dengan lingkungan memerlukan waktu yang relatif lama, padahal
pelajaran cukup dilakukan selama beberapa menit saja kemudian dilanjutkan
dikelas.
c.
Banyak
guru yang masih berpandangan sempit bahwa belajar hanya dilakukan didalam
kelas.
5. Teknik penggunaan lingkungan sebagai
media pembelajaran
Segala hal
yang ada disekitar kita bisa dijadikan sebagai media pembelajaran. Hanya saja,
tidak semua pengajar mengetahui bagaimana cara memanfaatkan lingkungan yang
tersedia sebagai media dalam pengajaran bidang studi.
Ada beberapa cara atau teknik bagaimana mempelajari
lingkungan sebagai media dan sumber belajar, antara lain :
a. Survey
Mengunjungi lingkungan seperti mayarakat setempat untuk
mempelajari proses sosial, budaya, ekonomi, kependudukan, dan lain-lain.
Kegiatan belajar dilakukan siswa melalui observasi, wawancara dengan beberapa
pihak yang dipandang perlu, mempelajari data atau dokumen yang ada, dan
lain-lain. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di sekolah untuk dibahas bersama dan
disimpulkan oleh guru dan siswa untuk melengkapi bahan pengajaran. Pengajaran
yang dapat dilakukan untuk kegiatan survey terutama bidang studi ilmu sosial
dan kemasyarakatan, seperti ekonomi, sejarah, kependudukan, hukum, sosiologi,
antropologi, dan kesenian.
b. Kamping
atau berkemah
Kemah membutuhkan waktu yang cukup sebab siswa harus dapat
menghayati bagaimana kehidupan alam seperti suhu, iklim, suasana, dan
lain-lain. Kemah cocok untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam, ekologi,
biologi, kimia, dan fisika. Siswa dituntut merekam apa yang ia alami, rasakan,
lihat dan kerjakan selama kemah berlangsung. Hasilnya dibawa ke sekolah untuk
dibahas dan dipelajari bersama-sama.
c. Field
trip atau karyawisata
Karyawisata adalah kunjungan siswa keluar kelass untuk
mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di
sekolah. Sebelum karyawisata dilakukan siswa, sebaiknya direncankan terlebih
dahulu objek apa yang akan akan dipelajari dan cara mempelajarinya serta kapan
sebaiknya dipelajari.
Objek karyawisata harus relevan dengan bahan pengajaran.
Misalnya musium untuk pelajaran sejarah, kebun binatang untuk pelajaran
biologi, taman mini untuk pelajaran ilmu bumi dan kebudayaan, peneropongan
bintang di Lembang untuk fisika dan astronomi. Karyawisata sebaiknya dilakukan
pada akhir semester atau tengah semester dan dikaitkan dengan keperluan
pengajaran dari berbagai bidang studi.
d. Praktek
lapangan
Praktek lapangan dilakukan oleh para siswa untuk memperoleh
keterampilan dan kecakapan khusus. Misalnya siswa SPG diterjunkan ke sekolah
dasar untuk melatih kemampuan sebagai guru di sekolah. Siswa SMEA dikirim ke
perusahaan untuk mempelajari dan mempraktekkan pembukuan, akuntansi dan
lain-lain. Dengan demikian praktek lapangan berkenaan dengan keterampilan
tertentu sehingga lebih tepat untuk sekolah-sekolah kejuruan.
e. Mengundang
manusia sumber atau nara sumber
Jika cara sebelumnya kelas dibawa ke masyarakat, pada cara
ini narasumber yang diundang ke sekolah untuk memberikan penjelasan mengenai
keahliannyadi hadapan para siswa. Misalnya mengundang dokter atau mantri
kesehatan untuk menjelaskan cara bercocok tanam, dan lain-lain. Narasumber yang
diundang harus relevan dengan kebutuhan belajar siswa.
f. Proyek
pelayanan dan pengabdian pada masyarakat
Cara ini dilakukan apabila sekolah (guru dan siswa secara
bersama-sama melakukan kegiatan dengan memberikan bantuan kepada masyarakat
seperti pelayanan, penyuluhan, partisipasindalam kegiatan masyarakat, dan
kegiatan lain yang diperlukan). Proyek pelayanan pada masyarakat memberi
manfaat yang baik bagi para siswa maupun bagi masyarakat.
C.
PERPUSTAKAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
1.
Pengertian Perpustakaan
Kata
“perpustakaan” berasal dari kata pustaka, yang berarti (1)kitab, buku-buku (2)kitab
primbon. Kemudian kata “pustaka” mendapat awalan “per” dan akhiran “an” menjadi
perpustakaan. Perpustakaan mengandung arti (1)kumpulan buku-buku bacaan, (2)
bilbliotek, dan (3)buku-buku kesusastraan (kamus besar bahasa Indonesia dalam
Sutomo 2003: 7). Selanjutnya ada istilah pustakaloka yang berarti tempat atau
ruangan perpustakaan. Pengertian yang lebih umum dan luas dari perpustakaan
adalah suatu ruangan, bagian dari gedung atau bangunan, atau gedung itu
sendiri, yag berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa,
sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan
oleh pembaca. Perpustakaan dilengkapi dengan berbagai sarana dan pra sarana
seperti ruang baca, rak buku, rak majalah, meja, kursi baca, kartu-kartu
katalog, sistem pengelolaan tertentu, dan petugas lain.
Darmono
mengemukakan bahwa Perpustakaan pada hakekatnya adalah pusat sumber belajar dan
sumber informasi bagi pemakainya. Perpustakaan dapat pula diartikan sebagai
tempat kumpulan buku-buku atau tempat buku-buku dihimpun dan diorganisasikan
sebagai media belajar siswa[1]
Pengertian
perpustakaan adalah kumpulan bahan informasi yang terdiri dari bahan buku/book
materials dan bahan nonbuku/nonbook materials yang disusun dengan sistem
tertentu dipersiapkan untuk diambil
manfaatnya/pengertiannya, tidak untuk dimiliki sebagian maupun
keseluruhan.[2] Ibnu Ahmad Saleh memberikan definisi perpustakaan adalah tempat
pengumpulan pustaka atau kumpulan pustaka yang diatur dan disusun dengan sistem
tertentu, sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat ditemukan dengan mudah dan
cepat.
Perpustakaan
adalah sebuah tempat yang digunakan untuk menyimpan informasi baik berupa cetak
(buku, koran, jurnal, majalah, karya tulis, karya lukisan) ataupun elektronik
(pita kaset, film, slide,) yang biasanya disimpan menurut tatanan tertentu yang
digunakan pengunjung untuk dibaca atau dipinjam dan bukan untuk dijual.
Jenis
media lain yang bisa digunakan menyalurkan pesan pembelajaran agar lebih
optimal adalah perpustakaan. Keberadaaan perpustakaan ternyata bisa difungsikan
sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian,
rekreasi, pelestarian khazanah budaya, dan berbagai layanan jasa lainnya telah
ada sejak jaman dahulu kala. Secara langsung maupun tidak langsung,
perpustakaan menjadi penyalur pesan pembelajaran yang dapat dioptimalkan
pencapaain tujuan pembelajaran.
Pengelolaan
perpustakaan sekarang tidak lagi secara manual tetapi sudah dikelola secara
digital. Perpustakaan tidak hanya berisi buku saja tetapi berisi software yang
di dalamnya menyimpan pesan pembelajaran dan lengkap. Sebuah perpustakaan ada
prinsipnya mempunyai tiga kegiatan pokok, yaitu:
1. Mengumpulkan
(to collect) semua informasi yang diperoleh semua informasi yang sesuai dengan
bidang kegiatan dan misi lembaganya dan masyarakatnya yang dilayaninya.
2. Melestarikan,
memelihara, dan merawat seluruh koleksi perpustakaan agar tetap dalam keadaan
baik, utuh, layak pakai, dan tidak lekas rusak, baik karena pemakaian maupun
karena usianya (to preserve).
3. Menyediakan
untuk siap dipergunakan dan diberdayakan (to make available) atas seluruh
sumber informasi dan koleksi yang dimiliki perpustakaan bagi para pemakainya.
Dalam
perkembangannya, perpustakaan saat ini bukan hanya merupakan tempat untuk
menyimpan atau mengoleksi buku sebagai benda mati. Perpustakaan saat ini harus
diberlakukan sebagai tempat yang disebut “to prevation of knowledge”. Artinya
perpustakaan merupakan tempat untuk mengumpulkan, memelihara, dan mengembangkan
ilmu pengetahuan. Secara khusus perpustakaan berfungsi sebagai tempat
pengumpulan, pelestarian, pengelolaan, pemanfaatan, dan penyebarluasan
informasi.
2.Tujuan
Perpustakaan
Tujuan
perpustakaan tidak dapat lepas dari fungsi perpustakaan. Diantara tujuan pokok
didirikannya sebuah perpustakaan adalah :
a) Menyediakan sarana atau tempat untuk
menghimpun berbagai sumber informasi untuk dikoleksi secara terus menerus,
diolah dan diproses.
b) Sebagai sarana atau wahana untuk
melestarikan hasil budaya manusia (ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya)
melalui aktifitas pemeliharaan dan pengawetan koleksi.
c) Sebagai agen perubahan (Agent of changes)
dan agen kebudayaan serta pusat informasi dan sumber belajar mengenai masa
lalu, sekarang, dan masa akan datang. Selain itu, juga dapat menjadi pusat
penelitian, rekreasi dan aktifitas ilmiah lainnya.
d) Menciptakan budaya membaca untuk mencerahkan
masa depan bangsa. Karena dari membaca inilah kita dapat memperoleh berbagai
macam pengetahuan yang berguna untuk menjadi bekal di kehidupan kita yang akan
datang.
3. Fungsi Perpustakaan
Perpustakaan mempunyai
beberapa fungsi, yang diantaranya adalah:
a) Fungsi penelitian
Perpustakaan berfungsi
sebagai jawaban terhadap berbagai pertanyaan ilmiah.
b) Fungsi pendidikan
Perpustakaan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menambah pengetahuan atau mempelajari kembali
materi-materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru di kelas.
c) Fungsi rekreasi
Perpustakaan memberikan
kesempatan kepada pengunjung untuk menikmati
bahan yang ada.
d) Fungsi informasi
Perpustakaan berfungsi
sebagai tempat mencari informasi yang berkenaan dengan pemenuhan rasa ingin
tahu dari pengunjung perpustakaan.
4. Jenis-jenis Perpustakaan
a) Perpustakaan Negara
Kebanyakan
negara di dunia mempunyai perpustakaan negaranya sendiri. Perpustakaan negara
memainkan peranan penting dalam membangun dan menyelaras berbagai isu berkaitan
perpustakaan dan profesion pustakawan. Fungsi perpustakaan negara yang penting
adalah sebagai pusat bibliografi negara yaitu ia menyimpan dan mengkatalogkan
semua hasil penerbitan negaranya.
b) Perpustakaan awam
Perpustakaan
awam termasuk perpustakaan negeri, perpustakaan daerah, dan perpustakaan desa.
Ia berfungsi menyediakan pengkhitmatan serta kemudahan bacaan dan rujukan
kepada penduduk atau komuniti di sekitarnya. Koleksi perpustakaan awam adalah
berbagai dan merangkumi bahan bacaan untuyk semua golongan yaitu anak-anak,
remaja dan dewasa.
c) Perpustakaan akademik
Perpustakaan
akademik adalah perpustakaan di institusi pengajian tinggi seperti university,
kolej dan maktab. Fungsi perpustakaan akademik menyediakan bahan-bahan untuk
kegunaan para pelajar dan tenaga
pengajar di institusinya.
d) Perpustakaan sekolah
Setiap
sekolah biasanya dilengkapi dengan perpustakaan atau dipanggil pusat sember.
Saiz perpustakaan sekolah kebanyakan adalah kecil dengan koleksi bahan yang
sederhana. Koleksinya terdiri daripada
buku-buku rujukan seperti kamus, ensiklopedia, atlas, dan juga buku
cerita.
e) Perpustakaan khusus
Perpustakaan
khusus adalah perpustakan yang berada di dalam sebuah organisasi ataupun
syarikat. Perpustakaan khusus berfungsi memberikan perkhidmatan kepada pengguna
yaitu mereka yang berada di dalam organisasi itu.[3]
5. Penggunaan Perpustakaan sebagai Pusat Sumber
Belajar
Perpustakaan
merupakan pusat sarana akademisi. Perpustakaan menyediakan bahan-bahan pustaka
berupa barang cetakan seperti buku, majalah/jurnal ilmiah,peta, surat kabar,
karya-karya tulis berupa monograf yang belum diterbitkan, serta bahan-bahan non
cetakan seperti micro-fish, micro film, dll. Oleh karena itu, perpustakaan
dapat dmanfaatkaan oleh pelajar, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya untuk
memperoleh informasi dalam berbagai bidang keilmuan baik untuk tujuan
akademisi.
Sumber
belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem intruksional yang meliputi
pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, yang mana hal itu dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami
sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan
memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. Untuk menjamin bahwa
sumber belajar tersebut adalah sebagai sumber belajar yang cocok, sumber
tersebut harus memenuhi ketiga persyaratan sebagai berikut:
a.
Harus dapat tersedia dengan cepat
b.
Harus memungkinkan siswa untuk memicu
diri sendiri
c.
Harus bersifat individual, misalnya
harus dapat memenuhi berbagai kebutuhan para siswa dalam belajar mandiri.
Sumber belajar dapat berasal dari berbagai bentuk
misalnya orang juga dapat menjadi sumber belajar, yakni ketika staf pengajar
menyediakan diri sebagai manusia sumber yang dapat tersedia setiap saat
sehingga dapat memecahkan berbagai kesulitan siswa secara individual. Begitu
juga tempat tertentu dapat dijadikan sumber belajar, contohnya adalah
perpustakaan yang bisa digunakan. Setiap saat saperti yang diuraikan
sebelumnya.
D. Televisi
Sebagai Media Pembelajaran
1.
Pengertian Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal
yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu
yang monokrom (hitam putih) maupun berwarna. Kata televisi terdiri dari kata tele
yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan kata visi yang berarti “citra atau
gamabar” dalam bahasa Latin. Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian
gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh. Pendapat lain
menyebutkan, televisi dalam bahasa Inggris disebut television. Televisi terdiri
dari istilah tele yang berarti jauh dan visi (vision) yang berarti penglihatan.
Televisi
merupakan salah satu bentuk media sebagai alat komunikasi massa. Komunikasi
massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar
orang. Media komunikasi yang termasuk massa yaitu radio siaran, televisi, film
yang dikenal sebagai media elektronik, serta surat kabar dan majalah yang
keduanya termasuk media cetak. Televisi merupakan salah satu bentuk media massa
sebagai alat komunikasi massa. Televisi merupakan media yang dapat mendominasi
komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
khalyak. Media ini mempunyai kelebihan dari media mssa lainnya yaitu bersifat
audio visual, dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan
peristiwa yang sedang terjadi ke setiap rumah para pemirsa dimanapun mereka berada.
Televisi dapat dijadikan sarana pembelajaran yang
efektif dan efisien. Keuntungan ini tersedia melalui berbagai tayangan yang
disajikannya. Kita hanya tinggal memilah dan memilih tayangan atau
saluran-saluran televisi mana yang cukup memadai sebagai sarana pembelajaran
kita. Di sini televisi diletakkan pada kerangka positif, sebagai media
pertukaran informasi, pemikiran, dan karya, sebagai media bahan kajian ilmiah,
dokumentasi, dan lain sebagainya.
Televisi Pendidikan adalah penggunaan program video
yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa
yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak sekadar menghibur tetapi yang
lebih penting adalah mendidik. Oleh karena itu, ia memiliki ciri-ciri
tersendiri, antara lain yaitu:
a.
Dituntun
oleh instruktur, yakni seorang guru atau instruktur menuntun peserta didik
melalui pengalaman-pengalaman visual.
b.
Sistematis,
yakni siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan tujuan dan
pengalaman belajar yang terencana.
c.
Teratur
dan berurutan, yakni siaran disajikan dengan selang waktu yang beraturan secara
berurutan di mana satu siaran dibangun
atau mendasari siaran lainnya.
d.
Terpadu,
yakni siaran berkaitan dengan pengalamn belajar lainnya seperti latihan,
membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan pemecahan masalah
(Arsyad, 2006:52).
2.
Belajar
di Kelas Menggunakan Televisi
Apabila anak-anak belajar melalui televisi mereka
tidak hanya mengamati acaranya dengan tenang, melainkan mereka juga
memerhatikan perubahan-perubahan gambar yang terjadi. Demikian pula mereka
memerhatikan susunan kata-kata dan teks yang ada.
Kegiatan belajar melalui media penyiaran ini, oleh
Yoichi Nishimoto disebut sebagai “Broadcasting Learning Activitis” (Darwanto,
2007: 136). Ketika belajar melalui media penyiaran ini, anak-anak dituntut
mampu berkosentrasi dengan penuh selama acara berlangsung. Hal
ini sesuai dengan sifat media penyiaran itu sendiri, dan daya kemampuan
berkosentrasi ini erat hubungannya dengan kemampuan untuk mengerti dan
kemampuan untuk mereproduksi apa yang telah diamatinya. Ini berarti bahwa
anak-anak dituntut untuk mampu mengantisipasi isi pesan yang ada dalam acara
tersebut.
Menurut Cece Wijaya, dkk. (1992: 149), faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan dalam penggunaan televisi untuk
kelas adalah:
1.
Teknik
pemilihan
Pemilihan siaran televisi
yang sesuai untuk pembelajaran adalah semacam proses evaluasi dan pemilihan
film suara. Seperti dalam memilih setiap media pengajaran audiovisual,
pertanyaan dasar adalah apakah televisi dapat membantu menciptakan situasi
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan media sebelumnya? Masalah yang unik
bagi guru dalam menilai dan memilih siaran adalah ketidakmungkinan mengadakan
preview. Oleh karena itu, pertimbangan harus didasarkan atas kemampuan program
menyumbangkan pengalaman. Reputasi sponsor atau produser tingkat ahli, atau
peraga yang ada dalam siaran, memperhatikan
pengelolaan siaran membantu
guru dalam menentukan siaran apa yang mesti disiarkan saat ini dan yang bisa
diproduksi untuk nanti. Pertimbangan yang sama untuk validitas kurikulum dan
pemilihan perangkat audivisual adalah :
a. Tingkat usia kelompok yang memirsa.
b. Isi siaran yang lebih mudah dipahami.
2.
Kebijaksanaan
penggunaan televisi
Kebijaksanaan penggunaan
televisi untuk kelas merupakan salah satu tanggung jawab guru. Demikian juga
dalam perencanaan siaran di kelas. Sebelum siaran, guru harus memberikan
aktivitas-aktivitas yang akan meningkatkan minat siswa. Para siswa akan
bertanya-tanya, membahas program, dan ingin mengetahui tujuan menyaksikan
siaran tersebut. Mereka akan segera mempersiapkan diri untuk mengikuti program
TV. Kesulitan besar guru dalam merencanakan penggunaan program televisi adalah
ketidaktahuan secara pasti terhadap isi program.
3.
Manfaat Penggunaan Televisi di Sekolah
Oermar Hamalik (dalam Syukur, 2005: 153) mengemukakan
beberapa manfaat penggunaan televise di sekolah, khususnya bagi pendidikan
anak-anak, antara lain:
a.
Telesisi
bersifat langsung dan nyata, dapat menyajikan peristiwa sebenarnya pada waktu
kejadiannya. Melalui televise kelas dapat mengadakan kontak langsung dengan
ahli-ahli ilmu pengetahuan dari berbagai bidang keahlian.
b.
Televisi
memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah dan mungkin juga berbagai
peristiwa, keadaan penduduk dan kehidupannya dari daerah atau Negara lain.
c.
Televisi
dapat menciptakan kembali semua peristiwa masa lampau, baik melalui film,
drama, dan sebagainya.
d.
Televisi
dapat mempertunjukan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam. Alat ini
dapat menyajikan pokok-pokok tersebut satu persatu secara runtut dan
sebaik-baiknya.
e.
Banyak
mempergunakan sumber-sumber masyarakat. Melalui program televise, banyak
peristiwa, kegiatan dan sumber-sumber masyarakat lainnya dapat dibawa ke dalam
kelas.
f.
Televisi
dapat melatig guru. Baik dalam pre-service maupun in-service training, guru
memerlukan kesempatan untuk melihat contoh-contoh mengajar yang baik.
g.
Masyarakat
akan mengerti tentang sekolah. Pada umumnya orang tua dan masyarakat tidak
mengetahui kegiatan apa yang dikerjakan disekolah dan bagaimana program sekolah
dilakukan. Melalui program televisi masyarakat dapat melihat dan menikmati
serta memahaminya.
h.
Televisi
dapat menarik minat, baik terhadap anak maupun terhadap orang dewasa.
4.
Kelebihan
dan Kelemahan Televisi Sebagai Media Pendidikan
Kelebihan Televisi dari media massa lainnya ialah
kemampuan menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi,
maupun pendidikan dengan sangat memuaskan. Penonton TV tak perlu bersusah-susah
pergi kegedung bioskop atau gedung sandiwara karena pesawat TV menyajikan di
rumahnya. Sebagai media pembelajaran, televisi memiliki beberapa kelebihan
dalam menyampaikan pesan dan juga mempunyai kelemahan. Di antara kelebihan
media televisi adalah seperti berikut:
a. Televisi
dapat memancarkan berbagai jenis bahan audio-visual termasuk gambar diam, film,
objek, spesimen dan drama.
b. Televisi bisa menyajikan model dan contoh-contoh yang
baik bagi peserta didik.
c. Televisi
dapat membawa dunia nyata ke rumah dan ke kelas-kelas, seperti orang,
tempat-tempat dan peristiwa, melalui penyiaran langsung atau rekaman.
d. Televisi
dapat memberikan kepada peserta didik peluang untuk melihat dan mendengar diri
sendiri.
e. Televisi
dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh peserta didik dengan
usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda.
f. Televisi
dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh pada dunia nyata;
misalnya ekspresi wajah, dental operation, dan lain-lain.
g. Televisi
dapat menghemat waktu guru dan peserta didik, misalnya dengan merekam siaran
pelajaran yang disajikan dapat diputar ulang jika diperlukan tanpa harus
melakukan proses itu kembali. (Arsyad, 2006: 52).
h. Televisi
merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap diterima oleh anak-anak
karena mereka mengenalnya sebagai bagian dari kehidupan luar sekolah mereka.
i.
Televisi dapat memikat perhatian
sepenuhnya dari penonton.
j.
Horizon kelas dapat diperlebar dengan
televisi. Batas ruang dan waktu yang dapat diatasi.
k. Hamper
setiap mata pelajaran dapat di TV-kan.
l.
Televisi dapat meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan guru dalam hal mengajar (Sadiman, 2005: 72).
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki media televisi
adalah sebagai berikut:
a. Harga
pesawat televisi relative mahal.
b. Sifat
komunikasinya hanya satu arah.
c. Jika
akan memanfaatkan di kelas jadwal siaran dan jadwal pelajaran di sekolah sering
kali sulit disesuaikan.
d. Program
di luar control guru.
e. Besarnya
gambar di layar relatif kecil dibanding dengan film, sehingga jumlah siswa yang
dapat memanfaatkan terbatas (Sadiman, 2005: 73).
f. Televisi
pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan untuk memahami
pesan-pesannya sesuai dengan kemampuan individual siswa.
g. Guru
tidak memiliki kesempatan untuk merevisi film sebelum disiarkan.
h. Kekhawatiran
muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan guru, dan siswa bisa
jadi bersikap pasif selama penayangan (Arsyad, 2006: 53).
5.
Peranan Orang Tua dan Guru Dalam Mengatasi Dampak Negatif
Acara Televisi
Setiap orangtua memiliki tanggung jawab untuk selalu
mengawasi anaknya dan memperhatikan perkembangannya, oeh sebab itu hal-hal yang
sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai dampak
positif atau negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang bersangkutan. Begitu
juga mengenai hal televisi ini, yang sudah nyata dampak negatifnya, sudah
sepatutnya setiap orang tua mempersiapkan senjata untuk mengantisipasinya.
Dari begitu banyak dampak yang diakibatkan oleh tontonan
televisi, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan oleh setiap orang tua, yaitu:
a.
Pilih
acara yang sesuai dengan usia anak Jangan biarkan anak-anak menonton acara yang
tidak sesuai dengan usianya, walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak,
perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak (tidak ada unsur
kekerasan, atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan usia mereka).
b.
Dampingi
anak memonton TV Tujuannya adalah agar acara televisi yang mereka tonton selalu
terkontrol dan orang tua bisa memperhatikan apakah acara tersebut masih layak
atau tidak untuk di tonton.
c.
Letakan
TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV dikamar anak. Dengan meyimpan TV
diruang tengah ,akan mempermudah orang tua dalam mengontrol tontonan
anak-anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang tidak orang tua inginkan,
karena kecendrungan rasa ingin tahu anak-anak sangat tinggi.
d.
Tanyakan
acara favorit mereka dan bantu memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk
mereka diskusikan setelah menonton, ajak mereka menilai karakter dalam acara
tersebut secara bijaksana dan positif. Acara yang bisa dilakukan misalnya
hiking, tamasya, siraturahim tempat sanak keluarga dan hal lainnya yang bisa
membangun jiwa sosialnya.
Selanjutnya Dr. Martin Leman (2000), memberikan
panduan yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam pemanfaatan media TV bagi
anak-anak, yaitu sebagai berikut:
a.
Orang
tua memilihkan acara yang menarik dan mendidik anak, sesuai usia.
b.
Periksalah
jadwal acara TV, sehingga kita bisa mengatur jadwal film/ acara apa yang akan
ditonton bersama anak.
c.
Perhatikan
acara apa yang mau ditonton dan perhatikan acara selanjutnya jangan sampai anak
terus menerus menonton televisi.
6.
Prinsip-Prinsip Televisi
Televisi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran
jika televisi dapat berfungsi sebagai penyalur pesan pembelajaran. Sebab tidak
semua jenis program dalam televisi dapat berfungsi sebagai penyalur pesan
pembelajaran. Apalagi akhir-akhir ini banyak program televisi yang tidak
edukatif, baik dari sisi konten maupun tampilan.
Penggunaan televisi sebagai media pembelajaran ini
dapat dikategorisasikan dalam dua jenis, yaitu televisi pendidikan dan televisi
umum. Televisi pendidikan telah didesain dan dikembangkan secara khusus untuk
kepentingan pembelajaran. Sehingga program dan tampilannya telah disesuaikan
dengan isi dan tujuan pembelajaran. Namun televisi umum program dan tampilannya
tidak didesain dan dikembangkan untuk kepentingan pembelajaran semata, meskipun
bagian-bagian programnya berisi pendidikan.
Guru yang menggunakan media televisi dituntut bias
menentukan secara tepat media televisi ini yang dijadikan media, apakah
televisi pendidikan atau televisi umum. Oleh karena itu, ada beberapa prinsip
agar televise dapat digunakan dalam pembelajaran, sebagai berikut:
a.
Relevan
dengan tujuan pembelajaran.
b.
Meningkatkan
motivasi dan menarik bagi siswa.
c.
Program
dan tampilan sesuai isi pembelajaran.
d.
Mudah
digunakan dalam pembelajaran.
e.
Guru
terampil mengoperasionalkan dalam pembelajaran.
Intinya, televisi bias digunakan sebagai media
pembelajaran dengan ketentuan program dan tampilan televisi dapat berfungsi
sebagai penyalur pesan dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran lebih
optimal.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber-sumber
pengajaran ialah segala macam alat atau situasi yang dapat memperkaya atau
memperjelas pemahaman murid terhadap yang dipelajarinya, yang sekaligus berarti
memperkaya pengalaman mereka. Sumber itu merupakan alat yang membantu guru
dalam mengajar, sehingga metode mengajar yang digunakannya akan menjadi lebih efektif
untuk mencapai tujuan pengajaran. Sumber itu merupakan alat peraga yang dapat
memperjelas atau membuat pelajaran menjadi lebih konkrit, dan yang membuat
murid lebih terdorong untuk belajar serta membuat situasi pengajaran lebih
bervariasi. Sudah sangatlah jelas bahwa sumber belajar bisa dikatakan sebgai
situasi yang mendukung proses pembeljaran, bukan hanya sekedar siuasi saja tapi
alat atau media yang kita gunakan dalam pembelajaran sekalipun bisa dikatakan
sebagai sumber pengajaran. Seperti perpustakaan dan Televisi keduanya merupakan
tempat dan alat yang digunakan sebagai media pembelajaran keduanya bisa disebut
sebagai sumber belajar, seperti yang dijelaskan diatas. Perpustakaan bisa
menjadi situasi dan televise bisa dikategorikan masuk kedalam alat. Jadi
keduanya bisa dikattakan sebagai sumber belajarar.
B. Saran
Daftar
Pustaka
Ariani, Niken. 2010.
Pembelajaran Multi Media. Jakarta. PT. Prestasi Pustakakarya.
Arsyad,
Azhar.(2006).Media Pembelajaran.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Ruswandi Uus, 2008. Media
Pembelajaran. Bandung. CV.Insan Mandiri
Dahlan, 1984. Model-Model Mengajar.
Bandung. CV.Diponegoro
Farid,
Muhammad dkk. 2013. Model Media Pembelajaran
Melalui Tayangan Televisi Dalam Meningkatkan
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Anak-Anak Pedesaan Di Sulawesi Selatan. Vol. 2.
Arsyad
Azhar, “Media Pembelajaran” , PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta:2006
Sudjana
Nana, “Media pengajaran penggunaan dan pembuatannya”, Sinar Baru,
Bandung:1997
ekohs.wordpress.com/…/lingkungan–sebagai-sumber-dan-media–pembelajaran/
jawaposting.blogspot.com/…/teknik-menggunakan-lingkungan–sebagai
susantotutor.wordpress.com/…/barang-bekas-dan-barang-sederhana-sebagai–media–pembelajaran
Arikunto Suharsimi. 2002. “Prosedur
Penelitian”. Jakarta: Rineka Cipta
Langganan:
Postingan (Atom)